|
|
Aplikasi Engine Hours - Jarak Pacu VS Waktu
Sponsored Links
Author: Penulis : Manut - otomotifnet.com
Wacana mengenai engine hours seakan merebak seiring kemacetan nan merajalela di Ibu Kota. OTOMOTIF mengangkat gagasan ini pun tidak dengan omong kosong. Berikut ini adalah salah satu contoh aplikasi dari engine hours. Bagaimanakah menentukan interval servis yang didasarkan jam kerja mesin, bukan jarak tempuh kendaraan? Pembahasan komplet mengenai dasar pemikiran,
BEDA PRINSIP Kira-kira apa dampak dari kemacetan? Pastinya jam kerja mesin bertambah. Misalkan ada aliran kendaraan dari titik 'A' menuju titik 'B'. Kalau macet, waktu tempuh antara kedua titik menjadi lebih lama. Sedangkan jarak tentunya tidak berubah. Otomatis odometer enggak bergerak banyak, sedangkan si pengemudi dan kendaraan tetap tambah usia di jalan.
Kondisi begitu seakan mirip dengan alat berat yang digunakan di pertambangan. Minimnya jarak tempuh jadi tidak sebanding dengan waktu mesin bekerja. "Kendaraan traktor, pada buku pedoman pemilik, maintenance kendaraan menggunakan ukuran jam kerja," ungkap Sunoko Djoko Saputro, transportation superintendent PT VICO Indonesia, di Muara Badak, Kaltim.
Artinya, patokan penggantian oli mesin dan komponen yang rutin dirawat berpatokan engine hours. Beda prinsip dengan kendaraan bermotor yang masih mengambil patokan jarak tempuh dalam satuan kilometer.
Maka selain dipakai buat alat berat, juga relevan dipakai buat kendaraan. Misalnya urusan hitung-hitungan biaya operasional. "Konsumsi BBM kendaraan operasional juga bisa berubah. Seperti saat kontrol sumur tambang, mobil sering idle atau hidup tanpa melaju," tambahnya. Jarak tempuh jadi tidak sebanding dengan lamanya mesin hidup.
Mirip dengan kondisi Ibu Kota saat ini kan? Mengingat kondisi jalan kini banyak perubahan. "Di Jakarta sulit dipatok berapa kilometer pasti waktu ganti oli mesin, karena sangat bergantung kondisi jalan yang relatif macet," tutur M. Agus Riyadi, Fleet Zone Manager, PT Ford Motor Indonesia membenarkan.
LEBIH CEPAT Jika pada mobil konvensional, waktu ganti oli disarankan setiap 5.000 km. Maka kalau sering lewat macet, bisa saja ambil patokan engine hours alat-alat berat. Pada alat berat, waktu ganti oli mesin saat engine hours mencapai 250 jam. Saat ukuran jarak tempuh tidak dijadikan patokan, jarak 5.000 km bisa dikorelasikan dengan waktu kerja 250 jam.
Nah, biar enggak bingung OTOMOTIF bikin simulasi. Ambil contoh dua pergerakan berbeda. Yang pertama pergerakan setiap hari dari rumah di pinggir kota ke kantor di bilangan Sudirman. Pilihan rutenya dari Serpong ke Sudirman.
Bermodal engine hours VDO terpasang di mobil operasional Isuzu Panther, berhasil diukur jarak tempuh sekitar 40 km dengan waktu tempuh 1 jam enam menit. Ambil rata-rata perjalanan ke kantor tiap hari butuh waktu 2 jam untuk menempuh 80 km.
Dalam hal ini, hitungan jarak lebih ideal. Kalau dikalkulasi setiap hari menempuh 40 km, jarak 5.000 km bakal dicapai dalam waktu 62 hari kerja. Sedangkan kalau pakai engine hours 250 jam, dengan waktu tempuh 2 jam per hari baru tercapai dalam 125 hari. Artinya, mobil bisa dikebut relatif kencang dan butuh waktu servis berdasarkan jarak (kilometer).
Lalu yang kedua, pergerakan di seputar Ibu Kota yang penuh macet pada siang hari. Mulai dari Semanggi, ke Jatinegara, Jaktim lalu melewati Bypass A.Yani, Jaktim nan macet karena baru dipangkas jalur busway terus ke Cilandak, Jaksel, kembali ke Semanggi dan berakhir di Kebon Jeruk, Jakbar. Total jarak 60 km, tetapi waktu tempuh melar jadi lima jam!
Sekarang coba hitung interval servisnya. Kalau pakai patokan jarak 5.000 km, tiap hari 60 km berarti tercapai pada 83 hari. Sedangkan mesin tetap hidup kala macet, lebih lama sekitar 5 jam. Artinya interval servis dihitung berdasarkan engine hours 250 jam adalah 50 hari. Tuh, kan ada beda satu bulan buat ganti oli! Ade,
PEMASANGAN HOURS METER Pengukur waktu kerja mesin mobil, bisa mengadopsi hours meter yang kerap digunakan alat berat. Namun, harus mempunyai spesifikasi input voltase yang serupa dengan mobil, yaitu berkisar 12 volt. OTOMOTIF mengandalkan merek VDO yang mampu beroperasi setelah mendapat suplai tegangan antara 12 volt sampai 24 volt. Harga di pasaran berkisar Rp 425 ribu, dengan ukuran 2 inci. Untuk pemakaian bisa untuk 99.999 jam.
Memasangnya relatif mudah, alat ini cuma punya dua terminal plus dan minus untuk mengaktifkannya. Ibaratnya, disambungkan ke aki atau kontak saja pasti hidup. Tetapi hours meter diusahakan aktif pas mesin juga lagi kerja. Salah satu caranya, mengambil input command dari alternator. Analoginya, alternator baru bekerja kalau mesin hidup.
Siapkan dulu bahannya (Gbr.1) hours meter (a), braket model mangkok (b), relay (c), soket relay (d), soket dua kaki (e), terminal (f), sekring (g) kabel 2 warna secukupnya (h). Setelah itu baru bisa dirangkai. Dari mana mengawalinya?
Langkah awal adalah mencari sumber arus untuk mengontrol waktu aktifnya hours meter. Paling sip mengambil sumber arus yang asalnya dari alternator. Tepatnya, jalur lampu indikator yang menuju spidometer. Pada jalur kabel ini alternator biasanya mengeluarkan arus negatif saat kunci kontak 'ON' dan berubah jadi positif saat bekerja. Cari kabel ini. Caranya dengan bantuan tes pen. (Gbr.2). Perhatikan kabel di pantat alternator.
Ada beberapa jenis alternator, di antaranya punya dua kabel dan tiga kabel pada soket di belakangnya. Itu di luar kabel besar buat pengisian. Pada model dua kabel, salah satunya menerima arus kontak dan lainnya mengeluarkan arus penunjuk indikator saat bekerja.
Berbeda dengan alternator tiga kabel, setrum stand by dari aki juga masuk lewat salah satu kabelnya. Untuk memastikan kabel yang mengeluarkan arus saat alternator bekerja. Makanya dibutuhkan bantuan test lamp alias tes pen. Cari kabel yang dimaksud. Oh ya, trik ini tidak berlaku khusus buat alternator dengan empat kabel karena ada intervensi ECU. Kalau sudah ketemu, lanjutkan bikin rangkaian relay. Biar lebih jelas, coba lihat skema. Ukur jarak kabel yang akan terhubung antara relay, hours meter, aki dan kabel alternator (Gbr.3). Agar tidak tertukar, selalu gunakan kabel merah buat arus positif. Sebagai pengaman arus balik, rangkaian relay diberi sekring pada jalur yang terhubung dengan kepala aki positif (Gbr.4).
Sekarang giliran hours meter. Di belakangnya ada dua terminal. Sebagai penghubung dengan kabel, bisa menggunakan soket model 'T' dengan terminal di dalamnya. Selain lebih rapi, juga mencegah kedua terminal tidak bertemu alias korslet kalau menempel. (Gbr.5).
Buat penempatan meter yang tidak ingin ditanam dalam dasbor, bisa diberi tambahan braket berbentuk mangkok atau lempeng pelat. Seperti meter mobil aftermarket buatan Auto Gauge (Gbr.6). Tinggal cari tempat paling enak di dasbor (Gbr.7). Gampang kan?
Sponsored Links
|
|
|
|